..:KUNJUNGI FLORES..ANDA AKAN DAPATKAN SURGANYA WISATA KEAGUNGAN YANG KUASA..BUKAN KECANTIKAN WANITA...BUKAN MUDAHNYA MEMPEROLEH SEX...TAPI NILAI KEPUASAN MENYAKSIKAN KEAGUNGAN YANG KUASA...glovamitramart.blogspot.com:..

Minggu, 29 Juli 2012

Kamis, 12 Juli 2012

WISATA FLORES-LARANTUKA








http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/65/Flores_Topography.png/300px-Flores_Topography.png




 Flores adalah pulau besar yang indah sekaligus menakjubkan. Sedikit orang yang tahu bahwa nama asli pulau ini adalah Nusa Nipa (Pulau Ular). Terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Flores merupakan pulau yang panjang seluas 14.300 km² dan menyimpan rahasia terbaik dunia, menunggu siapapun untuk datang dan menjelajahinya.


 LARANTUKA

 Flores Timur  dengan ibukota   Larantuka adalah salah satu  kabupaten  di Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di sebelah timur  dari Pulau Flores, yang terdiri dari Pulau Solor dan Pulau Adonara.kota ini terkenal sebagai kota religi bagi umat Nasrani yang di sebut sebagai kota reinha.keindahan kota Larantuka tidak perlu di ragukan lagi karena terdapat banyak tempat wisata berupa pantai-pantai.yang sangat saya banggakan dari kota bekas penjajahan portugis ini adalah rasa solidaritas umat beragama yang sanga tinggi.Meskipun Mayoritas penduduk adalah Nasrani namun  masyarakat disana hidup selalu berdampingan dengan tidak memandang perbedaan agama sehingga terciptanya kerukunan serta keselarasan dalam kehidupan bermasyarakat.Jika anda tertarik untuk mengetahui budaya-budaya baik dari tarian atau menenun anda bisa langsung datang dan berkunjung kekota ini



 Dimulai dari ujung timur pulau ini, wisatawan sudah bisa menikmati keindahan alam pantai. “Menyusuri pantai sepanjang Larantuka hingga Labuan Bajo di ujung barat Flores itu sungguh merupakan sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Kita dibuat  tidak boleh mengedipkan mata,” ujar Cicilia Roehm, wanita bersuamikan Gerard Roehm, yang berasal dari Jerman.


 Paling tidak ada tujuh keunikan yang dapat ditemukan di Flores. Yang pertama adalah Semana Santa, perayaan Pekan Suci yang berpuncak pada prosesi Jumat Agung.

Ini merupakan tradisi unik peninggalan Portugis, yang masih tetap hidup di Larantuka.  Setiap tahun, menjelang dan pada saat perayaan Paskah umat Katolik, kota indah di bibir pantai ujung timur Pulau Flores ini dibanjiri ribuan peziarah dari berbagai kota di pelosok Tanah Air, bahkan dari luar negeri.

Larantuka dalam sepekan itu menjadi “kota bisu”. Para peziarah seolah bergerak dalam kebisuan untuk mengikuti dengan kusyuk “tapak-tapak penderitaan hingga prosesi pemakaman Yesus” khas Larantuka.

Dalam dekade terakhir, Semana Santa Larantuka sudah masuk dalam agenda kunjungan wisata para  “pencari sumber mata air kehidupan rohani”. Sejumlah biro perjalanan di Jakarta, Yogyakarta, Denpasar, Kupang, bahkan sudah rutin memasukkan Semana Santa di Larantuka ke dalam Paket Wisata Rohani tahunan mereka.

“Ziarah semacam ini perlu bagi mereka yang  sedang dihinggapi kekeringan rohani,” ucap Herman Jacob, peziarah asal Jakarta.

Semana Santa, dengan berbagai ritual keagamaanya yang unik adalah salah satu pesona  wisata yang ada di Larantuka. Sejatinya, ibu kota Kabupaten Flores Timur ini sendiri adalah tempat permukiman tua nan indah.  Letaknya di kaki gunung Ile Mandiri (1502 meter dpl), kota ini terlindungi oleh dua buah pulau kecil di depannya, yakni Adonara dan Solor, yang hanya berjarak beberapa kilometer.

Di tengah apitan dua pulau ini terbentang sebuah lautan kecil dengan selat-selat sempit bagaikan sebuah telaga. Secara alami, Larantuka merupakan sebuah permukiman yang sangat indah.

Sebagai kota pelabuhan yang tidak terlalu besar, Larantuka memperlihatkan panorama yang dikelilingi bukit-bukit dan gunung Lewotobi ganda yang samar-samar tampak di bagian barat, sungguh memesona.

Keindahan itulah yang membuat Larantuka bagai gula yang didatangi “semut-semut” pada sekitar abad 16 dan 17, ketika berbagai pelayaran petualangan menghampiri kota ini. Bangsa Portugis dan Spanyol berlomba-lomba menghampiri tempat ini. Beberapa tempat telah disinggahi armada asing, seperti Lohayong di Solor. Di Lohayong, hingga kini masih tertinggal sebuah benteng yang didirikan Portugis guna melindungi diri dari musuh.

Selain prosesi Semana Santa yang tetap lestari hingga saat ini, kehadiran Portugis di Larantuka tetap hidup dalam wujud  bahasa Portugis dan nama-nama Portugis, seperti Diaz, Riberu, Pareira, da Silva, dan lain-lain. Persentuhan budaya Portugis dan budaya lokal, yang tahun ini memasuki usianya yang ke-500 tahun, menjadi daya tarik wisata yang mengasyikkan.

Penangkapan Ikan Paus

Kembali ke kawasan timur Flores, tak jauh dari Larantuka, para petualang bahari bisa mampir sejenak ke Lamalera di Pulau Lembata untuk menyaksikan tradisi penangkapan ikan paus. Atraksi yang populer di mata wisatawan mancanegara itu sudah muncul berabad-abad silam.

Inilah warisan budaya yang tak lekang dimakan usia. Meski sudah menjadi kabupaten sendiri, Lembata bisa dimasukkan sebagai satu kawasan/paket wisata dengan Pulau Flores.



 BERSAMBUNG

MAUMERE 

1. Pantai Waiterang
Pantai Waiterang di desa Waiterang, kecamatan Waigete. Letaknya sekitar 31 km sebelah timur Kota Maumere.


Pantai Waiterang (foto : Asep Sutisna)
Pantai Waiterang (foto : Asep Sutisna)
Pantai Waiterang (foto : Asep Sutisna)

2. Pantai Koka
Pantai Koka terletak di desa Wolowiro, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka, Maumere, Flores, 48 km arah Selatan dari Maumere.

Pantai Koka (foto : Asep Sutisna)
Pantai Koka (foto : Asep Sutisna)
Pantai Koka (foto : Asep Sutisna)
Pantai Koka (foto : Asep Sutisna)

3. Patung Inang Maria (Bukit Nilo)
7 km arah barat daya dari Maumere, tepatnya di Bukit Keling-Nilo, Desa Wuliwutik, Kecamatan Nita.

Patung Inang Maria (Bukit Nilo)  (foto : Asep Sutisna)
Patung Inang Maria (Bukit Nilo)  (foto : Asep Sutisna)
Patung Inang Maria (Bukit Nilo)  (foto : Asep Sutisna)
Patung Inang Maria (Bukit Nilo)  (foto : Asep Sutisna)

4. Pantai Paga
Terletak di Desa Paga sekitar 45 km arah barat dari Maumere

Pantai Paga  (foto : Asep Sutisna)
Pantai Paga  (foto : Asep Sutisna)

Pantai Paga  (foto : Asep Sutisna)

5. Pantai Waiara
Pantai Waiara berjarak kurang lebih 17 km ke arah timur dari pusat kota Maumere. Pantai Waiara sudah menjadi bagian dari wisata yang telah dikelola dengan baik oleh pemerintah setempat dan dikenal juga dengan nama Sea World Club.

Pantai Waiara  (foto : Asep Sutisna)
Pantai Waiara  (foto : Asep Sutisna)
Pantai Waiara  (foto : Asep Sutisna)
Pantai Waiara  (foto : Asep Sutisna)

Pantai Waiara  (foto : Asep Sutisna)

6. Pelabuhan L-Say
Adalah pelabuhan laut yang terletak tidak jauh dari  kota Maumere.

Pelabuhan L-Say  (foto : Asep Sutisna)
Pelabuhan L-Say  (foto : Asep Sutisna)
Pelabuhan L-Say  (foto : Asep Sutisna)
Pelabuhan L-Say  (foto : Asep Sutisna)
Pelabuhan L-Say  (foto : Asep Sutisna)
7. Pelabuhan Wuring Maumere

Pelabuhan Wuring (foto : Asep Sutisna)
Pelabuhan Wuring  (foto : Asep Sutisna)
Pelabuhan Wuring  (foto : Asep Sutisna)

Pelabuhan Wuring (foto : Asep Sutisna)
Pelabuhan Wuring (foto : Asep Sutisna)
Pelabuhan Wuring (foto : Asep Sutisna)

9. Desa Sikka (Tenun Ikat)

Tenun Ikat  (foto : Asep Sutisna)

Tenun Ikat  (foto : Asep Sutisna)

Tenun Ikat  (foto : Asep Sutisna)


Itulah panorama wisata alam di Maumere-Flores, Nusa Tenggara Timur. Dari beberapa wisata alam tersebut, ada yang masih belum diperhatikan oleh pemerintah setempat seperti pantai Waiterang, Pantai Koka, namun sebagai bagian dari keindahan alam wisata di Maumere-Flores, NTT, rasa-rasanya sayang kalau dilewatkan untuk dikunjungi...



Pasar Tradisional, di Pasar Baru, Maumere
Suasana lenggang di pagi hari yg sejuk, 
di Jalan Jend. A. Yani, Maumere
Salah satu tugu bernama Autekaiku 
"Rebu Bait Damar Jawa da'an dadini
di kota Maumere terusan ke Jl. Jend.  A. Yani.



ENDE

Taman Nasional Danau Kelimutu

Taman Nasional Danau Kelimutu terletak di Desa Moni, Kabupaten Ende, kurang lebih jarak yang ditempuh 83 km dari Maumere, dan 14 km dari Desa Moni menuju puncak Danau Kelimutu. Danau Kelimutu dikenal dengan nama Danau 3 Warna, yang menurut cerita bisa berubah-rubah warna (hijau, biru, hitam, putih, merah).




Danau Kelimutu  (foto : Asep Sutisna)
Danau Kelimutu  (foto : Asep Sutisna)
Danau Kelimutu  (foto : Asep Sutisna)
Danau Kelimutu  (foto : Asep Sutisna)




Pantai Jaga Po

Picture
Hamparan Pantai berpasir putih di desa Kobaleba, Kecamatan Maukaro. Kira-kira 61 km dari pusat Kota Ende melalui wilayah Kecamatan Nangapanda dan 82 km melalui wilayah Kecamatan Wewaria . Tempat yang masih alamiah, belum terjamah merupakan lokasi yang sangat ideal bagi yang ingin menikmati privacy. Merupakan salah satu pesona Pantai Utara. Menuju lokasi pantai ini dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu jalur melalui Kecamatan Nangapanda dan jalur melalui Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria.






Pantai Maukaro

Picture Terletak di wilayah Kecamatan Maukaro, dengan jarak sekitar 56 km dari pusat kota Ende melalui wilayah Kecamatan Nangapanda dan sekitar 87 km melalui wilayah Kecamatan Wewaria yang dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Pantai berpasir putih yang merupakan salah satu lokasi rekreasi masyarakat. Pantai berair jernih dengan riak  ombak yang kecil, lemah gemulai, membuat para pengunjung  tak berpaling. Di lokasi ini wisatawan dapat langsung menikmati ikan bakar sambil berenang.


Pantai Mbu'u

Picture
Lokasinya kira-kira 5 km dari pusat kota dan dapat ditempuh selama 15 menit dengan menggunakan transportasi umum atau sepeda motor. Sangat kondusif untuk melakukan aktivitas rekreasi mingguan bagi masyarakat kota. Memancing, berenang sambil bercengkrama bersama keluarga merupakan pilihan yang menarik, sambil menikmati suguhan kelapa muda yang langsung diambil dari pohonnya. Hal lain yang menarik adalah pandangan lepas kearah gunung Meja dan Ia serta pulau Koa yang mungil dan kokoh, tak bergeming menahan setiap hempasan gelombang datang dan pergi. Kesibukan nelayan yang sedang mencari ikan juga menghiasi indahnya panorama pantai Mbu’u. Juga merupakan lokasi alternative untuk menyaksikan matahari terbit (sunrise) yang selalu setia muncul dari balik pundak bukit pada pagi hari.

Pantai Enabara Maurole

Picture
Secara kasat mata pantai Enabara merupakan primadona pantai utara. Hamparan pasir putih serta air yang tenang dan jernih sejauh mata memandang, lingkungan yang alamiah sangat berpotensi sebagai sentra aktivitas rekreasi bahari di masa mendatang. Terbukti para sailors dalam penyelenggaraan sail selama 3 tahun terakhir, tak pernah melewatkan waktunya untuk mandi di pantai ini.





Perkampungan Adat NGGELA

Picture
Kampung Nggela
Nggela, sebuah perkampungan adat yang magis dan alami di Kecamatan Wolojita yang terbangun dari 9 (sembilan) buah rumah adat (Sa’o Benga Dero, Sa’o Mberi Dala, Sa’o Ame Nggape, Sa’o Tani Mo’i, Sa’o Siga Bata, Sa’o Benga, Sa’o Labo, Sa’o Tua dan Sa’o Siga) dengan fungsi, peranan dan kekhasannya masing-masing. Terletak sekitar 70 km arah selatan dari Kota Ende yang dapat ditempuh melalui akses darat dan laut. Apabila menggunakan menggunakan transportasi darat, waktu tempuh yang dibutuhkan untuk mencapai wilayah ini sekitar 3 jam. Nggela juga terkenal dengan kerajinan tenun ikat. Ada beberapa kelompok pengrajin tenun ikat yang tetap eksis dengan berbagai motif tenunan yang khas dan menarik. Di antaranya Lawo Butu yang merupakan sejenis sarung/lawo sebagai kostum para penari Mure; yakni tarian khas Nggela yang merupakan tarian sakral sebagai simbol penghormatan kepada wujud yang tertinggi (Du’a sai tana goka, NggaE sai watu dogu). Tarian tersebut dipentaskan pada kesempatan  tertentu oleh para penari/gadis-gadis dari turunan kaum bangsawan/mosalaki. Nggela juga terkenal dengan pemandian air panas yang memiliki kadar belerang yang tinggi sehingga berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit kulit. Aewau, merupakan potensi yang masih perlu disentuh dan dikembangkan. Sebuah potensi bagi pengembangan wisata kesehatan (Cure/Health tourism). Jarak lokasi Ae Wau dari Nggela adalah 3 km arah menuju Ende. Di samping itu terdapat juga air terjun Angga dengan ketinggian ± 30 meter dan Muru Nipamera dengan ketinggian ± 40  meter. Sebuah kenyataan yang membuat Nggela sangat berarti dan spesifik.

Kampung Adat Wologai

Picture
Rumah Adat

Kampung adat Wologai terletak di desa Wologai Tengah, Kecamatan Detusoko kira-kira 40 km arah timur kota Ende. Kampung ini merupakan salah satu dari 24 komunitas Adat Suku Lio yang berada di sekitar Taman Nasional Kelimutu, dengan budayanya yang luhur, dan sangat kental dengan perilaku agraris, religius, sekaligus magis dengan kedekatannya yang kuat pada alam.Kampung adat Wologai memiliki sejumlah bangunan rumah adat berarsitektur tradisional yang tertata rapi membentuk lingkaran, dengan sejumlah atraksi budaya yang dapat dipentaskan kepada pengunjung terutama saat upacara adat berlangsung.

KOTA ENDE DARI AEKIPA

 

Picture
Kota Ende Dari Aekipa

Dari Aekipa yang terletak di atas bukit Ndona di wilayah Kecamatan Ndona merupakan tempat yang ideal untuk menyaksikan keindahan kota Ende secara utuh. Dari atas bukit, Ende ditampilkan dalam sisi yang lain dengan nuansa yang beda. Sebuah kota dengan pemukiman penduduk yang padat di antara rimbunan pohon kelapa. Tampak jelas Gunung Meja dan Gunung Ia bagaikan tembok pembatas yang kokoh dan Bandara Haji Hasan Aroeboesman bagaikan sebuah sungai yang membelah kota. Aekipa merupakan sebuah kawasan perbukitan  berjarak sekitar 20 km dari Kota Ende yang dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi ini kurang lebih 30 menit karena keadaan topografinya yang banyak tanjakan.

Goa Jepang

Picture
Goa Jepang di Roworeke

Terletak di dalam kompleks Gua Maria di Kampung Roworeke terdapat sebuah gua perlindungan tentara Jepang pada masa perang dunia kedua. Lokasi ini berada di wilayah Kecamatan Ende Timur yang dapat kita tempuh dengan menggunakan fasilitas transportasi roda dua dan roda empat. Jarak dari Kota Ende sejauh 8 km ke arah timur dengan waktu tempuh 15 menit perjalanan. Gua ini berfungsi sebagai  tempat berlindung saat mengintai musuh dan saat terjadi aksi baku tembak. Keberadaan gua ini dapat menjadi salah satu bukti sejarah kehadiran kolonialisme Jepang di wilayah Kabupaten Ende khususnya di Roworeke saat itu.  

Situs Rumah Bung Karno

Picture
Rumah Bung Karno di Ende

Terletak di jalan Perwira, Kelurahan Kotaraja Kecamatan Ende Utara (Kota Ende). Bangunan ini merupakan bekas rumah atau tempat tinggal Bung Karno dan keluarga  semasa pembuangan/ pengasingan di Ende oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1934-1938 yang masih dijaga, dirawat dan dipertahankan keasliannya oleh Pemerintah Kabupaten Ende. Lokasi ini berjarak kurang lebih 1 km dari pusat kota dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dan roda dua maupun dengan berjalan kaki.
Semua barang koleksi milik Bung Karno masih tersimpan dengan baik di dalam museum ini seperti : foto keluarga, foto pribadi Bung Karno, barang keramik, dua buah tongkat berkepala monyet, pulpen ukuran besar, piring nasi, cerek air minum, besi seterika, alat gantungan pakaian, lemari pakaian, tempat tidur besi, lukisan- lukisan dan masih banyak barang koleksi lainnya.
Di dalam Situs Rumah Bung Karno juga terdapat tempat sujud/ruang semedi dan tempat sembahyang/sholat yang selalu digunakan oleh Bung Karno bersujud kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk memohon bantuan bagi Perjuangan Kemerdekaan bangsa Indonesia hingga membekas di lantai. Di belakang museum Bung Karno terdapat sebuah sumur dengan kedalaman 12 meter yang digunakan oleh Bung Karno untuk mandi, cuci dan minum serta wudhu. Konon air sumur ini dipercaya mempunyai khasiat untuk menyembuhan berbagai penyakit dan bisa membuat  orang menjadi awet muda. 

Tempat Perenungan Pancasila Oleh Bung Karno

Picture
Pohon Sukun "Bung Karno"

Sebatang pohon Sukun dengan lima cabang, terletak kira-kira 150 meter dari pantai Ende dan sebelah barat Lapangan Pancasila merupakan tempat dimana Bung Karno setiap sore, selepas sholat Azhar menghabiskan waktu untuk duduk merenung dalam keheningan malam. Diyakini gagasannya yang cemerlang akan Falsafah Negara Pancasila terlahir dalam proses permenungannya di bawah pohon Sukun ini. Dan ini diakui sendiri oleh Presiden Soekarno pada saat kunjungan kerja ke Ende tahun 1955. Pohon sukun yang menjadi naungan Bung Karno saat itu telah tumbang di tahun 60-an karena termakan usia dan sekarang adalah pohon kedua yang ditanam kembali sebagai duplikat untuk mengenang tempat Bung Karno merenungkan Dasar Negara dan pohon ini tumbuh subur dengan lima cabang yang diyakini oleh masyarakat Ende sebagai perwujudan ke-lima sila dari Pancasila. Dan untuk memperkuat fakta ini, Pemerintah Kabupaten Ende membangun Monument Pancasila yang terletak di persimpangan antara Jl. Kelimutu, Jl. El Tari, Jl. Gatot Subroto, jalan masuk Bandara Haji H. Aroeboesman  dan Jl. Achmad Yani (yang lebih dikenal dengan nama Simpang Lima).

Tiwu Lewu

Picture
Tiwu Lewu

Sebuah danau yang terletak di desa Kebirangga Tengah, Kecamatan Maukaro dengan Luas areal  kira –kira 5.000 m², sangat alamiah dan belum tersentuh. Dari Kota Ende ke Kecamatan Maukaro dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu dari arah timur/ Detusoko kira-kira 110 km, sedangkan dari arah barat/ Nangapanda kira-kira 60 km. Jarak dari Kecamatan Maukaro ke lokasi Danau Tiwu Lewu kira-kira 3,5 km. Menuju lokasi Danau (Tiwu) lewu, kita harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki dari Kantor Desa  Kebirangga Tengah  selama 30 menit atau sekitar 1,5 km. Menurut cerita penduduk sekitarnya, di dalam danau tersebut terdapat buaya, tetapi tidak diketahui berapa jumlahnya selain itu di sekitar danau terdapat rawa-rawa/lumpur hidup, sehingga kita tidak dapat melihatnya dari jarak dekat. Di sebelah utara danau, juga terbentang area persawahan Obo yang memikat bagi anda yang menyukai suasana dan hijaunya persawahan. Di atas bukit terdapat Gua Maria Tiwu Lewu dari lokasi ini kita dapat menikmati keindahan Danau Tiwu Lewu dari ketinggian. 

Sawah Detusoko

Picture
Sawah Bertingkat Detusoko

Memasuki wilayah Detusoko dari desa Wolofeo (29 km arah timur kota Ende) hingga Dusun Ekoleta Desa Wologai ( 36 km ke arah timur ) sejauh mata memandang, pandangan kita didominasi dan dimanjakan oleh sektor pertanian dan perkebunan yang diusahakan oleh masyarakat. Sawah bertingkat di sepanjang jalan nampak eksotik, tertata rapi dan terkesan  harmoni dengan keadaan lereng dan bukit serta sungai yang berkelok-kelok. Udara yang sejuk dan lingkungan yang selalu hijau mengindikasikan adanya kehidupan dan mengungkap realitas bahwa kultur agraris sudah berakar kuat dalam masyarakat di wilayah ini sejak dahulu. 

Sa'o Ria Wisata Bungalow

Picture
Sa’o Ria Wisata Bungalow

Bangunan berarsitektur tradisional Ende-Lio menawarkan fasilitas akomodasi dengan harga yang terjangkau bagi wisatawan domestik maupun  wisatawan asing yang berlokasi di Moni-Koanara. Merupakan tempat yang ideal bagi pengunjung yang ingin dapat menyaksikan keindahan sunrise di puncak Kelimutu sambil menikmati kicauan Gerugiwa menyambut datangnya sang fajar. Sa’o Ria Wisata Bungalow selain menyediakan fasilitas akomodasi  juga memiliki fasilitas aula untuk ruang pertemuan dengan kapasitas 300 orang.

Museum Bahari

Picture
Museum Bahari

Terletak di Jalan Mohamad Hatta, kira-kira 100 meter dari taman kota, di sini dapat dilihat kerangka/tulang ikan Paus, lumba-lumba, anjing laut, aneka jenis reptile, terumbu karang dan sejenis ubur-ubur. Selain spesies-spesies laut/air, museum bahari juga mengoleksi beberapa jenis binatang/hewan yang memiliki keunikan seperti ayam berkaki tiga, berkaki empat yang telah diawetkan. Museum Bahari juga sering digunakan oleh kalangan Pelajar dan Mahasiswa di sekitar Kota Ende  sebagai  sarana/fasilitas pendukung  kegiatan pembelajaran/penelitian. 


AIR TERJUN (AE PORO) KEDEBODU

Picture
Ae Poro

Terletak di desa Kedebodu, Kecamatan Ende Timur, kira-kira 13 km dari pusat Kota Ende atau 5 km dari terminal Roworeke dengan waktu tempuh 20 menit terdapat sebuah panorama alam air terjun yang menakjubkan. Letaknya yang relatif dekat dengan Kota Ende menjadikan obyek ini sebagai alternatif pilihan bagi warga kota untuk mengisi waktu libur singkat sambil berekreasi. Karena  jarak yang tidak jauh dari Kota Ende dan waktu tempuh yang singkat tentunya tidak banyak membutuhkan waktu dan biaya. Air terjun dengan ketinggian ± 35 meter ini, menawarkan sebuah pesona yang naturalis/alamiah karena lokasi dan alamnya yang masih asli. Menuju lokasi Air Terjun Kedebodu kita dapat menggunakan fasilitas transportasi umum baik menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Sebuah kekuatan yang bersumber dari suatu perbedaan. 


Agro Wisata Waturaka

Picture
Salah Satu Sudut Kebun

Berlokasi di Desa Waturaka Kecamatan Kelimutu dengan jarak kurang lebih 54 km dari Kota Ende yang dapat ditempuh dengan 2 jam perjalanan, Waturaka merupakan salah satu dari 24 komunitas adat suku Lio yang menjadi penyangga Kawasan Taman Nasional Kelimutu. Iklim dan keadaan alam yang sejuk dan tanahnya yang subur memberikan peluang bagi penduduk lokal untuk berusaha dalam bidang pertanian/agraris dengan tanaman lokal yang unik dan bernilai ekonomis.
Perkebunan rakyat yang ditanami berbagai tanaman seperti: tomat, lombok/ cabai, wortel, sayur-sayuran dan kentang merupakan sisi lain yang bisa disaksikan saat menuju dan kembali dari Danau Kelimutu. Keberadaan lokasi perkebunan agrowisata Waturaka selain sebagai sumber penghasilan masyarakat dapat juga menjadi salah satu faktor yang diperhitungkan dalam memperkuat image dan memperkaya daya tarik Kawasan Wisata Kelimutu.